Sabtu, 13 Desember 2008

Motor Non Jepang

Agresi Kedua Beda Senjata

397motor-cina-gt-6.jpgMotor non Jepang menyerang lagi. Agresi kedua mereka pakai strategi beda. Malah mereka membawa senjata beda. Bukan hanya dengan senjata ‘murah’ yang bisa naklukin agen tunggal pemegang merek (ATPM) motor Jepang. Buktinya kini non Jepang bisa merebut hati konsumen motor Indonesia.

Sebelum ngomong agresi kedua motor non Jepang, liat sejarah mereka masuk Indonesia. Agresi pertama mereka ke Nusantara mulai awal taon 2000. Saat itu ada belasan merek. Beberapa yang besar, Loncin, Mahator, Jialing, Sanex, Nasha, Viar, dan Happy.





Kalo diperhatiin, agresi pertama pabrikan non Jepang memproduksi varian yang sudah dibuat merek Jepang. Pilihan itu ada latar belakangnya. Persis uraian Krisdianto Goenadi, pemain merk non Jepang yang dulu hadir dengan merek Loncin. “Dulu, strateginya jalur singkat. Dulu tipe seperti Supra, Jupiter dan Shogun memang sudah diterima pasar,” jelas Kris, sapaan pria berkacamata ini.

Juga menurut Akhmad Z. Dalie, Kepala Divisi Marketing, PT Triangle Motorindo, yang dulu juga jual bebek besi mirip motor Jepang. Diakuinya, kiat jual tipe mirip motor Jepang untuk ngambil benefit after sales-nya. “Dulu, dengan kemiripan bentuk dan spare-parts, konsumen motor non Jepang bisa manfaatin jaringan motor Jepang. Kan, hampir semua bengkel pinggir jalan pun tau servisnya,” jelas Dalie.393motor-cina-gt-7--gt--1.jpg

Toh, taktik ini merugikan. Sebagai follower, produk motor non Jepang disebut motor KW2 alias mutu nomor 2. Kendala lain, ATPM Jepang melarang jaringannya terima servis motor non Jepang. Malah komponen mereka haram dijual ke pemakai motor non Jepang.

“Tak cuma itu. Dengan varian mirip, sebagus apapun barang kita, tetap dicap penjiplak dan mutu jelek. Dan, secara ekonomis tak punya masa depan. Tidak bisa ngembangin merek sendiri,” urai Kris yang kini presiden direktur Minerva-Sachs, gabungan merek lokal Minerva dengan pabrikan Jerman, Sachs.

Inilah latar belakang di agresi kedua, pabrikan motor non-Jepang jual varian beda dengan motor Jepang. Meski tersisa sedikit merek, produknya lebih variatif, bahkan beda abis dengan motor Jepang. Misalnya Minerva-Sachs yang ngeluarin Maddass dan Xroad. Maddas bebek tak berbodi plastik yang nunjukin belulang sasis. Sedang Xroad tipe sport supermoto.

Selain itu, ada juga yang manfaatin varian motor Jepang yang gak dikeluarin pabrikan Jepang di Indonesia. Misalnya, model Honda CBR150. Tipe ini banyak ditiru pabrikan non-Jepang. Sebab pasarnya terbuka, sementara PT Astra Honda Motor tidak menjualnya.

Trik ini dilakukan Viar. “Untuk tipe bebek, kami produksi mirip Honda CS-1. Khusus motor sport, Viar punya roda tiga, namanya Karya. Unit ini untuk menyiasati kondisi pasar yang memang tidak dimasuki motor Jepang,” jelas Dalie yang ngantor di Sunter, Jakarta Utara.

Masuknya produsen motor non Jepang dengan tipe variatif patut diperhitungkan. Terutama layanan purna jualnya. Kan, model beda komponennya pasti tidak sama. “Saya bukan berpromosi. Tapi, dengan parts yang beda, mustahil kita jual mutu jelek. Nanti konsumen bisa lari,” tegas Kris.

Untuk itu, beberapa merek sudah menyiapkan layanan purna jual lebih luas. Bahkan, Minerva-Sachs sudah menyiapkan situs www.minerva.co.id agar konsumen bisa memesan dan beli barang lewat situs. Semoga jadi pilihan baik.

HINDARI RED OCEAN

PT Bajaj Auto Indonesia (BAI) cukup cerdik menyiasati pasar motor Indonesia yang kompetitif. Walau pasar bebek mencapai 60 persen total sales nasional, Bajaj tak tergiur berkubang di sana. Produsen merek India ini tahu diri. Di sana banyak ‘gajah’ bermain. Ikutan masuk pasti ‘mejret’ alias remuk.

“Pasar bebek itu ibatar red ocean, terlalu sesak. Kami main di pasar kecil saja. Saat ini konsen di pasar motor sport,” jelas Apong Arfiansyah, Brand Manager PT BAI. Makanya Bajaj merilis produk sport XCD-125 dan Pulsar 180.

Hebatnya, dua tipe Bajaj ini merongrong pasar Suzuki Thunder 125, Honda Mega Pro dan Tiger 2000. Apalagi XCD dan Pulsar mewarkan fitur menarik yang tidak sentuh motor Jepang. “Kami ambil ceruk kecil, tapi tidak ketemu lawan besar. Karena mereka sendiri tidak fokus di situ,” ujar Apong.

Penulis/Foto : Aries, Hendra/Dok. MOTOR Plus, GT
www.motorplus-online.com/index.php/article/detail/id/184

Gambar lain Motor Minerva :


CoretanKu.co.cc




Rating: 4.5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel pada kategori yang sama

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...