Jumat, 26 Desember 2008

Tes Komparasi Honda Blade 110R Vs Yamaha Jupiter-Z CW

Yup! Senjata siapa yang paling tajam antara Honda Blade 110R dengan Yamaha Jupiter Z CW (Cast Wheel)? Kalau dilihat dari berbagai aspek, keduanya punya kedekatan. Bahkan boleh dibilang mirip! Misal, dari harga atawa dari kapasitas mesin. Keduanya, tidak terpaut jauh!

Biar mantap dan punya jawaban pasti, gimana kalau keduanya bertarung secara jantan. Biar adil, Em-Plus yang jadi wasitnya. He…he…he…. Maksudnya, jadi tester-nya gethu! Siap!


BLADE LEBIH TAJAM

Spesifikasi engine yang tak berbeda jauh (Blade 109,1 cc dan Jupiter 110,3 cc), tapi kemampuan Blade membelah jalan lebih tajam ketimbang Jupiter. Pembuktian, nggak sekedar lewat feeling. Tapi dilakukan dengan dua tes. Yaitu dynotest untuk mengukur power dan Vericom VC-3000 buat catat angka akselerasi.

Pakai Vericom waktu tempuh jarak 0–60 km/jam, Blade tembus di angka 5,55 detik. Sedang Jupiter bermain di angka 6,27 detik.

Pembuktian performa selanjutnya, dilakukan di atas mesin dyno. Kali ini, Yamaha Jupiter-Z sanggup bertarung hingga power mengukuhkan angka 6,95 dk di 7.500 rpm. Tapi tak disangka meski kapasitas silinder Blade lebih kecil, power yang dihasilkan sedikit lebih besar ketimbang Jupiter. Yaitu, 7,12 dk di 8.000 rpm. Memang sih, angka yang dihasilkan keduanya hanya terpaut 0,17 dk.

SELISIH 2 KM


Lanjut ke pertarungan siapa yang lebih cepat haus. Apakah Blade atau Jupiter? Apalagi ketika berperforma di tengah panas terik, tentu dehidrasi bisa hinggap. Pembuktian dilakukan lewat tabung bensin infus buatan.

Em-Plus tuang bensin ke tabung yang disambung langsung ke karburator. Setelah itu, langsung ajak keduanya keliling bergantian. Lagi-lagi, Blade yang punya senjata lebih tajam tapi nggak cepat haus.

Buktinya bobot tester yang tidak lebih dari 70 kg, hanya dengan 200 cc Premium, Blade sanggup berjalan hingga 9,5 km. Sedang Jupiter, di belakang 2 km dari Blade alias cuma sanggup berjalan sejauh 7,5 km.

Itu artinya, untuk satu liter Premium, Blade sanggup berlari hingga 47,5 km (5 x 9,5 km). Sedangkan Jupiter, hanya 37,5 km (5 x 7,5 km). Wah, kalau dihitung seluruhnya, angka yang cukup fantastis bukan?

HANDLING

Boleh dibilang, antara Blade dan Jupiter mempunyai setang yang sudutnya lebih ke dalam (mendekati pengendara). Tapi, keduanya tetap menawarkan kenyamanan. Terlebih lagi buat manuver di tikungan.

Hanya saja dari keduanya, Blade punya handling lebih responsif. Ya! Ketika diajak berzig-zag atau manuver mendadak. Frame dan setang Blade seakan kompak mengikuti gerakan spontan itu. Sedang Jupiter, terasa sedikit lebih kaku. Tapi secara keseluruhan, keduanya boleh diandalkan!

BEDA SETENGAH JUTA

Hal menarik! Dengan kemampuan yang dikeluarakan keduanya, pilihan mencari senjata pilihan tergantung sobat. Tapi yang perlu diketahui, untuk memiliki Yamaha Jupiter-Z tipe cast wheel (CW) kudu merogoh kocek sekitar Rp 14 jutaan.

Sedang Honda Blade 110R yang seluruhnya dilepas dengan tipe pelek CW dijual seharga Rp 13,5 juta. Itu artinya, selisih yang ditawarkan berbeda Rp 500 ribu atau setengah juta lebih murah Blade. Pilih mana?

FIGHT ANTAR BROTHER

Maaf! Bukannya Em-Plus ingin menabur kebencian dengan adanya pertarungan sesama saudara. Tapi pastinya pembaca juga ingin tahu kehebatan performa Blade yang baru lahir ketimbang dua saudaranya yang duluan lahir. Ya, Honda Supra X 125 dan Honda Revo.

Pertarungan dilakukan di atas mesin dynotes! Dari hasil yang diberikan, Blade ada di tengah ‘mereka’. Ya! Dengan power 7,12 dk, Blade menduduki urutan kedua setelah Supra X 125 yang pegang tenaga sebesar 7,99 dk atau tertinggi.

Sedang sang kakak (Revo) yang punya mesin tipe C-Series duduki peringkat buncit dengan power 6,41 dk. Artinya lagi, Blade yang lahir dengan mesin baru ini, patut dan memang harus diperhitungkan!


sumber : motorplus-online.com/index.php/article/detail/id/332
Rating: 4.5

Lagu Pilihan Minggu ini

Semua lagu mp3 dengan format Stereo 128kbps 44100 kHz

List:
The Sabian - Cinta Harus Dimengerti (Ost. Termehek-mehek).mp3
Bunga Citra Lestari - Pernah Muda.mp3
Bunga Citra Lestari - Tentang Kamu.mp3
Alexa - Self Titled - Dewi.mp3
Samsons - Tak Bisa Memiliki.mp3
Tiket - Transisi (Repackaged) - Hanya Kamu Yang Bisa.mp3
Christian Bautista - Till The End Of Time.mp3
Nine Ball - Hingga Akhir Waktu.mp3

Link download: Rating: 4.5

Honda Blade 110R untuk Keperluan di Balap

Gampang Diseting

Mesin Honda Blade 110R punya seri NF110. Untuk keperluan balap, diprediksi gampang diseting. Beda sama generasi sebelumnya, C-Series 97 cc (100 cc) yang diterapkan di Astrea Prima, Grand, Supra sampai Revo.

Apa saja kelebihan Blade untuk pemakaian di balap. Nih alasannya.

BAUT BLOK BESAR

Baut tanam pengikat kepala dan blok silinder mesin C-Series diameternya cuma 5,20 mm. Sementara diameter drat cuma seukuran baut 10 (6 mm). Diseting kompresi tinggi sering nggak kuat. Baut kendur dan berakibat blok mangap.

Apalagi blok dibore up untuk ngejar volume 115 cc. “Jarak antara bibir liner dengan posisi baut tinggal 1 mm lebih dikit. Kalau mau ubah batangnya lebih gede, susah juga karena sudah sampai ke tepi liner,” jelas Erwin alias Akiang, mekanik Honda Banten Racing Team.



Kondisi itu beda sama Blade. Batang baut tanam lebih gede. Diameternya 6,20 mm, dengan diameter ulir 7 mm atau baut 11. Akiang buktikan di riset terbarunya. “Digeber kompresi 13,5 : 1, nggak ada gejala rembes atau bocor. Jadi saya kira sampai 14 : 1 masih kuat,” terang Akiang lagi.

Kelebihan lain, posisi baut dengan liner juga masih jauh, sekitar 6 mm. “Jadi selain tekanan saat kompresi nggak terlalu kencang, kalaupun batang mau diubah lebih gede dengan baut 12 juga bisa dilakukan. Tapi dengan batang sekarang sih, rasanya nggak perlu diubah,” papar mekanik yang sukses bikin Gandi Santana melejit di IndoPrix seri Sentul beberapa waktu lalu.

PENDINGINAN HEAD LEBIH BAGUS

Desain mangkuk penutup kepala silinder juga tampak lebih besar dibanding generasi Honda sebelumnya. “Jadi daya tampung oli yang mendinginkan head, kem dan lainnya yang ada di bagian depan lebih banyak. Otomatis, lebih dingin. “Dulu kan sering ada maslaah kepanaasan karena pendinginan kurang di bagian depan itu,” terang Akiang, yang siapkan Blade turun di balap.

BEARING KRUK AS LEBIH GEDE

Hal lain yang beda lagi adalah ukuran laher kruk-as. “Dulu, kruk as patah biasanya di posisi bearing yang batangnya kurang kokoh. Sekarang, laher sudah lebih gede. Jadi, efeknya kruk-as lebih kuat lagi,” yakin Akiang yang mekanik Rudi Motor Jl. Dewi Sartika, No. 32, Ciputat, Tangerang.


ROCKER ARM MODEL ROLLER


Pelatuk atau rocker arm sebagai penggerak katup Blade seperti di Supra X 125. Menganut model roller, putaran kem halus dan ringan gesekan. “Untuk balap menguntungkan karena kem banyak digerinda ulang. Sistem roller bisa meredam gejala kem tidak halus,” terang Bobeng alias Sugiono, mekanik senior asal Purwokerto.



sumber : motorplus-online.com/index.php/article/detail/id/334
Rating: 4.5

Kamis, 25 Desember 2008

Honda Blade 110R 2008 Racing Versi Pabrikan

Nampaknya PT Astra Honda Motor (AHM) sudah tidak terbendung asa. Ya, turun di gelaran balap nasional sudah dijalankan. Salah satu bukti lainnya, ini nih! Honda Blade 110R yang nangkring di stan Honda di Jakarta Motorcycle Show 2008 (JMS), JCC, Senayan, Jakarta Pusat.

Oleh PT AHM, Blade 110R yang resmi dilaunching 4 Desember lalu, dibuat versi road race atau motor balap aspal. Dilihat dari bodi sih, nggak ada ubahan berarti! Mungkin karena bodi Blade 110R sudah sangat representatif mewakili ketangguhan Honda buat tarung di kelas MP-1 atau IP-1. Yup, kelas bebek 110 cc tune-up.



“Ini sebagai bentuk atau contoh, untuk para pencinta Honda di arena balap agar tahu acuan modif road race untuk Blade,” ujar Handy Hariko, Deputi GM Technical Service Division, PT AHM. Pria ramah ini juga yang terjun langsung, untuk urusan balap Honda di Indonesia.

Apalagi diharapkan dari engine-nya, Honda Blade 110R yang mengusung mesin tipe NF110 ini bakal sangat kompetitif. Kan, sudah nggak lagi 97 cc. Tapi, sudah 109 cc. So, buat dibore up hingga 116 cc pun enggak masalah. Begitunya nggak banyak ubahan yang kudu dilakukan para pencintanya di sektor mesin.

Nah, buat pendukung lain nih! Sobat bisa simak sendiri langsung lewat foto. Ini tentunya buat yang enggak sempat datang ke JMS yang dihelat 6-14 Desember lalu.
Mulai dari sektor kaki-kaki dulu aja. Pelek palang yang diaplikasi, sudah cukup mumpuni buat dipakai di balap.

Di Blade 110R versi racing ini, ban tetap mengaplikasi lingkar roda standar. Enggak perlu diganti karena dari bobot pelek juga sudah mumpuni. Selain ringan, juga kuat! Paling tidak penyesuaian hanya ada di karet bundar. Yup! Tentunya, memakai karet bundar sesuai regulasi yang sudah ditentukan PP IMI.

Nah..., buat meredam kejut sektor buritan, suspensi Blade 110R yang sudah mumpuni buat harian pun diganti sok versi racing. Tentunya agar kemampuan entakan yang tersalur dari engine dan lintasan, dapat teredam sempurna.

Ubahan paling kentara lain, ada di sektor pengereman. Kaliper Blade 110R buat roda depan yang aplikasi satu piston, diganti model dua piston tipe racing. Agar bobot pengereman belakang mampu ikuti roda depan, maka kaliper satu piston berikut disk pun melekat di buritan.

Kombinasi pas!

DATA MODIFIKASI

Ban : Slick 90/80-17
Cakram depan : Daytona
Footstep : Yoshimura
Knalpot : Standar Blade
Karburator : Mikuni 24 mm



sumber : motorplus-online.com/index.php/article/detail/id/309
Rating: 4.5

Fitur Unggulan Honda Blade 110R

Tidak Dimiliki Pendahulu

Honda Blade 110R punya beberapa fitur yang tidak dimiliki bebek Honda pendahulu lainnya. Yap! Apa aja ya? Ini dia!

CEGAH RANTAI TERKUNCI
Honda menyebut fitur ini dengan nama Sprocket Chain Stopper. Fungsinya bukan sekadar pemanis gir belakang. “Ketika rantai putus tidak membelit ke bagian luar gir belakang dan akhirnya nyangkut dan terkunci,” ujar Sarwono Edi, Manager Technical Service Deparment, PT Astra Honda Motor (AHM).

Fitur seperti ini, juga diaplikasi di Honda New Tiger Revolution. Itu tuh! Tiger terbaru yang punya konsep A-simetris di lampu depan. Karena rantai tak terkunci gir belakang, maka roda bisa tetap berputar dan mampu menghindari kecelakaan.





PELINDUNG KAKI

Meski terlihat simpel, tapi punya fungsi maksimal. Coba tengok bagian luar bak kopling. Sebelum footstep pengendara, ada semacam part diaplikasi. Mau tahu fungsinya? “Untuk menjaga kaki dari panas mesin,” ujar Edi lagi.

Meski, panas dapur pacu yang ditimbulkan tidak sepanas mesin lainnya karena mesin minim friksi, tapi namanya buat perlindungan juga dipikirkan AHM! Kaki pun tidak bersentuhan langsung dengan bak kopling.


KEJAR SPORTY


Ini yang nggak biasa di Honda, terutama tipe bebek. Apalagi kalau bukan footstep pembonceng. Jika di bebek pendahulu footstep model pisah (tidak langsung terhubung frame), kini dibuat seakan menyatu.

Ya! Pijakan kaki belakang mengambil dudukan langsung dari frame tengah. Dulu menjadi satu dengan as lengan ayun. “Ini untuk mengejar tampilan sporty,” tambah Sarwono Edi.

MASIH BERSAYAP

Jika dilihat dari samping, bebek baru Honda ini seperti tidak pakai sayap. Tapi jika sudah berada di atasnya atau ketika mengendarainya, masih ada bagian kaki juga terlindungi. Itu artinya, masih punyai sayap? Kan, aliran angin masih bisa terpecah sebelum mengenai kaki atau betis atawa paha. Mungkin juga, karena desain fender samping ini agak lebih lebar kali ya? Jadi jika dilihat dari atas, seperti sayap.



PADAT BERISI


Menarik gak sih? Iya, kalau lihat besi behel atau handel pegangan belakang. Dibuat tidak sebatas pipa bulat atau kotak melingkar. Tapi tak ada lagi sisi kosong hingga dudukannya. Kini, semua dibuat padat berisi. Menarik kah?


sumber : motorplus-online.com/index.php/article/detail/id/333
Rating: 4.5

Selasa, 23 Desember 2008

Tentang Tingkatan CDI

Banyak yang masih bingung soal CDI. Semua produsen mengecap CDI buatannya paling bagus. Dari yang dilabeli standar Jepang, no limiter sampai racing. Apa sih bedanya? Untuk apa sih peruntukannya? Supaya tidak bingung mari tanyakan kepada pembuatnya.

UNLIMITER

CDI yang terus terang dan terang terus mengecap dirinya unlimiter yaitu Varro. CDI keluaran Junior Motor Sport ini bentuk dan ukurannya juga mirip standar. “Hanya terdapat tulisan Varro,” jelas Chris Tomas, bos JMS dari Cibinong yang lagi getol berpromosi itu.

Tomas terus terang, CDI buatannya bukan racing. “Hanya limiter yang dibuang. Grafik atau kurva pengapian masih sama dengan standar,” jelas Tomas lebih rinci. Katanya dengan unlimiter ini putaran mesin tidak dibatasi.



Maksud Tomas sih dengan putaran yang setinggi-tingginya itu mampu memberikan nafas panjang pada mesin. Sehingga bisa berteriak merdeka! Iya bebas lepas tanpa halangan yang menahan.

Dengan putaran yang tidak dibatasi tenaga mesin akan meningkat. “Kan untuk mendapatkan tenaga mesin yang besar kudu didukung putaran tinggi pula,” urai Tomas sambil membeberkan rumus hubungan power mesin dan gasingan.

Makanya CDI Varro unlimiter ini lebih cocok untuk motor harian yang mau bertenaga lebih. Meski masih menggunakan knalpot dan spuyer standar tidak jadi masalah. Cocok dengan aturan sekarang yang melarang knalpot berisik.

Jadi, CDI unlimiter Varro di atas CDI standar namun banderolnya bisa ditekan. Seharga CDI standar after market namun dapat fasilitas lebih. Nah, pertanyaan teknis soal CDI unlimiter ini silakan kontak JMS di (021) 87901768.

CDI RACING

Sebagai pemegang merek yang banyak terjual di pasaran, pihak CDI BRT bisa ditanya soal CDI racing. “CDI racing tidak hanya unlimiter, kurva pengapian lebih advanced. Bahkan bisa diprogram,” jelas Tomy Huang, bos BRT yang baru saja merampungkan CDI buat Ninja 250.

Yang dimaksud lebih advanced derajat pengapian dibikin lebih maju dari standar pabrik. Namun pihak BRT memprogram advanced masih dalam posisi aman. “Artinya masih bisa dipakai untuk motor harian juga,” jelas Tomy yang berkacamata itu.

Pengapian lebih maju dimaksudkan supaya tenaga mesin lebih besar. “Kondisi ini cocok untuk mesin dengan bahan bakar oktan tinggi. Juga kompresi lebih tinggi dari standar,” bilang Tomy yang menggunakan cip dari Philips Belanda itu.

Kelebihan CDI racing BRT tidak hanya cocok untuk motor harian. Motor balap yang spek hig compression juga bisa pake. Apalagi BRT sudah mengeluarkan versi programmable yang diatur lewat remote.

Wajar jika CDI racing dijual dengan banderol mahal. Punya kelebihan dan programmable. “Yang dimaksud bisa diprogram itu tidak hanya timing atau derajat pengapian. Tapi limiter juga bisa diseting pada rpm berapa saja,” jelas Tomy yang menjual CDI dalam jumlah puluhan ribu tiap bulannya.

Menurut Tomy lagi dan lagi, CDI racing sekarang juga perlu limiter. Sesuai permintaan pasar dan mekanik sekarang. “Motor balap putarannya tidak terkendali. Jika dibiarkan lost tanpa batas, mesin kerap rontok,” cerita Bule alias Samsuri yang jadi tangan kanan Adriansyah, mekanik Kanzen Racing Team.

TIS DI ATAS CDI

Setingkat di atas CDI yaitu TIS (Transistor Ignition System). Kerjanya memanfaatkan transistor yang lebih advanced dibanding capacitor. TIS lebih unggul karena bisa dibuat simpel dan tidak ada imbas listrik yang besar di dalam CDI. Sehingga lebih aman dan tahan lama.

TIS banyak dijumpai pada motor yang baru nongol. Seperti di Suzuki Thunder 125 dan Kawasaki Ninja 250. Yang baru membuat TIS racing yaitu produsen CDI XP untuk Thunder 125. Juga pihak BRT sudah membuatnya TIS IMAX untuk Thundie 125 dan Ninja 250.

TIS IMAX BRT berbeda dengan sistem TIS biasa. Karena TIS umumnya menggunakan sistem transistor biasa, sedang BRT menggunakan sistem transistor hybrid. Keuntungannya lebih kuat dan tahan panas.

Lebih penting lagi sistem hybrid dilengkapi proteksi overload, yang akan memproteksi diri. Bila terjadi korslet atau kelebihan beban. TIS system hybrid ini diterapkan di banyak mobil mewah Eropa seperti BMW.



sumber : motorplus-online.com
Rating: 4.5

Sabtu, 13 Desember 2008

Honda Blade 110R 2008

Tidak Hilang Identitas

Barcon alias barang contoh modifikasi, sepertinya sudah jadi menu utama setiap pabrikan ketika melaunching motor baru. Seperti yang juga dilakukan PT Astra Honda Motor (AHM) yang pada Kamis, 4 Desember lalu memperkenalkan Honda Blade 110R.

Tentunya tetap ada batasan yang kudu dijaga. Apalagi ini merupakan persembahan pabrikan. Setidaknya konsumen yang mau beli Blade 110R punya gambaran jelas kalau mau beli dan untuk kemudian dimodifikasi.





“Jiwa modifikasi mestinya tidak menghilangkan identitas produk. Kurang tepat ketika seseorang memodifikasi motor tapi tidak tahu kendaraan apa yang menjadi basicnya,” tandas Reza Godman selaku supervisi Blade 110R modif ini.

Jelas memang konsep yang diusung PT AHM terhadap Blade 110R ini. Headlamp dan front winker, F Shield, sasis masih tetap mempertahankan aslinya.“Ubahan terjadi di sektor kaki-kaki depan dan belakang,” ramah Reza lagi.

Karenanya, ketika seseorang melihat tampilan motor berkapasitas 110 cc yang sudah kena sentuhan modif ini, secara mantap pasti bakal bilang kalau ini Blade 110R.

Buat yang pengin puas melototin Honda Blade Advanced ini, silakan aja berkunjung langsung ke stand Honda di Jakarta Motorcycle Show 2008. Event dua tahunan itu berlangsung hingga 14 Desember 2008 mendatang.

KAKI-KAKI MOGE

Menurut Reza, ubahan pada kaki-kaki dilakukan untuk mendapatkan kesan moge. Seperti halnya pakar modifikator, Reza juga bilang kalau bagian paling eye catching dalam sebuah modifikasi memang ada di bagain itu.

Pemilihan komponen yang mau dipasang, diupayan masih berasal dari Honda juga. “Menggunakan varian moge Honda. Proses desainnya, terlebih dahulu disket. Tentunya supaya hasil yang didapat tetap proporsional,” jelasnya.

Penggunaan dua buah cakram depan untuk menambah kesan sporty ala moge sport Honda. Sekali lagi ia mengatakan, ubahan di sektor kaki-kaki ini tidak akan menghilangkan imej Blade.

BUNTUT PEDROSA

Dunia balap jadi inspirasi dunia modifikasi. Salah satu yang paling banyak diaplikasi yakni bagian belakang. Bokong motor balap di ajang MotoGP memang seksi abies. Bokong Honda RC212V besutan Dani Pedrosa jadi contohnya.

“Memang pada bagian ini sedikit mengubah bentuk. Karena mengikuti ubahan bagian suspensi belakang yang monosok dan lengan ayun lebar,” papar Reza.

APLIKATIF DI HARIAN

Satu hal lagi yang diwanti oleh Reza. Modifikasi itu mestinya bisa digunakan untuk kendaraan harian. Salah kaprah kalau memodifikasi tapi hanya untuk tampilan semata.

Kodratnya motor untuk dikendarai. “Jadi salah kaprah kalau mengubah tampilan motor oke tapi tidak bisa diajak jalan,” paparnya.

MOTOR Plus sudah mengusung itu jauh hari! Namanya MEFRIK (Modern, Estetika, Fungsional, Rasional, Inovasi dan Kreasi).

DATA MODIFIKASI


Ban depan : Dunlop 120/60-17
Ban belakang : Dunlop 150/60-17
Pelek belakang : Asahi 4.50-17
Pelek depan : Asahi 3.50-17
Lengan ayun : Honda CBR 600 custom
Sok depan : aftermarket
Mufler : Honda CBR 1000 Custom
Monosok : YSS

sumber : motorplus-online.com/index.php/article/detail/id/244




Rating: 4.5

Minerva Sachs MadAss 125

Murah Tapi Standar Euro 3

Di negeri asalnya, Jerman, Sachs MadAss 125 pertama dibuat pada 2006. Di Asia Tenggara, baru dikenalkan dalam Bangkok Motor Show belum lama ini. Oleh PT Minerva Motor Indonesia (MMI) yang membranding merek Sachs, kuda besi yang tangkinya menyatu rangka ini dibanderol Rp 13.950.000 on the road (Jakarta).

Tapi meski kelihatan kecil, tabung bahan bakar yang terletak di rangka tengah itu mampu menampung 5,3 liter bensin lo. Kapasitas mesin yang diusung 125 cc, berpendingin udara. Sistem bahan bakar masih karburator. Walau begitu, kata Kristianto Goenadi, presdir MMI yang diamini Hartmut Huhn selaku direktur Sachs Fahrzeug Und Motorentechnik GmbH, emisi gas buang MadAss 125 ini sudah memenuhi standar Euro 3.







“Meski beberapa spesifikasinya sudah diubah menyesuaikan kondisi di Indonesia, emisi gas buangnya masih tetap standar Euro 3. Satu tingkat lebih tinggi dari standar emisi yang ditetapkan pemerintah kita,” bilang Kristianto.


Panel serba digital

Oh ya, kebetulan saat acara penanda tangan kerjasama MMI dengan Sachs, digelar pula sesi test ride di halaman parkir Hotel Borobudur, Lapangan Banteng, Jakpus. OTOMOTIFNET pun tak melewatkan untuk mengujinya. Meski tak bisa maksimal mengeksplorasi kemampuannya lantaran lokasi tempat pengetesan sangat terbatas.

Nah, untuk menduduki sadel motor dengan berat kosong 95 kg ini, Mr. Testo yang punya postur tinggi badan 178 cm dan berat 78 kg, tidak mengalami kesulitan. Posisi kaki menjejak aspal dengan sempurna. Buat pemilik tinggi 160 cm pun kayaknya masih bisa menaikinya dengan normal.


Suspensi monosok bisa disetel kekerasan dan rebound nya

Namun yang terasa agak ganjil, posisi duduknya. Dengan postur tubuh penguji segitu, serta posisi setang yang agak tinggi, dengkul penguji seperti hendak menyentuh kemudi. Selain itu, kontur jok yang cenderung drop seat, memaksa bokong kayak mau meluncur ke depan.
Lantaran tak sabar ingin menjajal kemampuannya, Mr. Testo pun segera mencari letak kunci kontak. Lho kok gak ada? Ups, ternyata posisinya di sebelah kiri braket pegangan headlamp. Cukup unik. Usai kunci diputar ke posisi ignition, mesin coba dihidupkan tombol start di panel sakelar sebelah kanan setang.


Gaya lampu depan unik

Greengg.., dapur pacu berasio kompresi 9,3:1 hidup dengan mudah. Begitu pula saat coba dihidupkan pakai kick starter. Suara mesin serta knalpot yang bermuara di bawah jok (model under tail) juga terdengar cukup halus. Mr. Testo pun segera mengijak tuas persneling masuk gigi 1 (ke arah depan) dan motor coba dijalankan.

Mula-mula MadAss 125 coba diajak berakselerasi di trek alakadarnya itu. Untuk motor dengan kapasitas 125 cc, tarikan kuda besi ini terbilang cukup mengentak. Namun tidak begitu galak. Bisa jadi lantaran kompresi yang diterapkan memang agak rendah. Ditambah konstruksi saluran gas buang yang terlalu panjang.

Meski begitu, buat diajak standing, sangat mudah lo. Mungkin karena bobotnya enteng serta posisi setang mendukung layaknya motor trail. Oh ya, sistem pengoperasian persneling 4 tingkat percepatan yang dianutnya mirip motor jenis sport. Satu ke depan, sisanya dicungkil. Proses perpindahan giginya juga sangat mudah. Tapi terdengar agak kasar.

Data spesifikasi:
Tipe mesin : 4-Tak, SOHC, 2 klep
Sistem pendingin : Udara
Bore x stroke : 52,4 x 55,5 mm
Kapasitas mesin : 125 cc
Rasio kompresi : 9,3:1
Tenaga maksimum : 8,58 dk/7.500 rpm
Torsi maksimum : 8,0 Nm/5.000 rpm
Sistem bahan bakar : Karburator
Primary transmission ratio : 67/18 (3,722)
Jumlah transmisi : 4-speed
Gigi 1 : 34/12 (2,833)
Gigi 2 : 39/17 (1,706)
Gigi 3 : 26/21 (1,238)
Gigi 4 : 23/24 (0,958)
Rasio sproket : 16/46
Sistem pengapian : CDI
Tipe busi : NGK CR7HSA
Baterai : 12V/6Ah
Ban depan : 90/80-16
Ban belakang : 120/70-16
P x L x T : 1.830 x 760 x 1.055 mm
Tinggi jok : 830 mm
Berat kosong : 95 kg
Rem depan : Disc brake, double piston kaliper
Rem belakang : Disc brake, single piston kaliper
Suspensi depan : Teleskopik
Suspensi belakang : Lengan ayun, monosok
Kapaistas tangki BBM : 5,3 liter
Pesaing : Kanzen Supermoto 120

Penulis : Dic







Rating: 4.5

Motor Minerva R150

Minerva R150 = Honda CBR150

Minerva 150R … satu lagi Fans CBR 150R

Minerva 150R, motor ini sempet membuat saya sedikit berfikir keras saat perjumpaan perdana dengan Motor yang Mirip CBR 150R ini. Awalnya saya sempat berfikir motor yang parkir di sebelah saya ini adalah CBR 150R, tapi kok nggak ada tulisan Honda nya di belakang, wah nggak iya nih pasti CeBeeR-CeBeeR-an. Setelah Happy Swift dan kaisar vertex, lahir kembali sesosok motor dengan tampilan ala CBR 150R. Saya heran kenapa CBR sering banget jadi Obyek Plagiatisasi? Mungkin Brothers ada yang tau jawabannya. Berikut beberapa testimoni dari brother di Milis Inbike mengenai motor ini.





Motor ini disinyalir adalah mesin yang di produksi dari China dengan mengusung paduan Teknologi dari Jerman. Dengan Gebrakan awal yang cukup menciutkan nyali para pesaingnya Minerva mengeluarkan Varian terbarunya yang hampir mempunyai kesamaan penampilan dari pendahulunya yaitu Honda CBR R150,setelah
sebelumnya mengeluarkan varian Sparta trail nya, serta ditunjang dengan harga yang benar-benar benar-benar dapat di jangkau oleh sebagian besar pencinta motor dari bangsa ini.

A few fact about Minerva 150R :
1. Minerva R-150 , menggunakan mesin CB 150 (ekuivalen dgn mesin seri GL) ,menggunakan rantai keteng , sehingga getaran mesin di rangka sangat minim, juga suara lebih halus , sedangkan merk lainnya Kaisar Vartex / Happy Swift, menggunakan mesin CG 150 , pakai push rod , sehingga getaran sangat terasa
di rangka , body + speedometer . punya kaisar jarum speedometer sampai bergetar sehingga tidak akurat lagi.

2. shock upsorber depan sdh upside down dgn warna titanium ( lebih exclusive dibandingkan gold)

3. MINERVA R 150 finishing body cover (body cover) lebih halus .

4. Mesin cukup responsive , apalagi kalau ganti CDI (racing) , dgn standard bisa sd 120 km/jam ,knalpot suaranya cukup nge-Bass mirip Honda Tiger Revo

5. Harga paling kompetitif 15 juta OTR jakarta , pilihan warna Hitam Merah , Biru , Grey Black , mirip sekali dgn Honda CBR , termasuk stickernya paling mendekati .

6. Katanya sih Teknologi German , setelah kita selidiki ternyata sbb :yaitu ada kerjasama antara MINERVA dg Sachs Germany , kita bisa lihat info ini di calendar minerva 2008 , mereka ada kolaborasi dgn Sachs Germany ( pabrik motor tertua di German yg masih exist sp sekarang ).

7. Minerva dulunya memproduksi Loncin (sejak thn 2000) ,tapi sejak thn 2007 mereka sdh menggandeng Sachs Germany ,dan menggunakan nama MINERVA SACHS sehingga ada semacam technical assistant bahkan mereka juga akan memproduksi original model Sachs Germany (katanya Maret 2008 sdh diproduksi model Sachs MADASS 125, itu lho model sportnya sachs yg futuristik).

MINERVA R150
Safety Environment Polution (EURO 2)
Quality System Certification (ISO 9001)


SPESIFIKASI
Tipe Mesin : 4 Langkah, SOHC
Volume Mesin : 149cc
Diameter x Langkah : 61 x 49.5 mm
Sistem Pendingin : Pendingin udara
Kompresi Rasio : 9:2:1
Daya maksimum : 9.5/9500 kw/r/min
Torsi maksimum : 10.0/7500kw/ r/min
Transmisi : 5 percepatan, pola pengoperasian gigi 1,N,2,3,4,5
Sistem Pengapian : CDI
Sistem Start : Electrik & Kick Starter
Dimensi (PxLxT) : 1.910 x 652 x 1.650 mm
Jarak Sumbu Roda : 1.286 mm
Berat Kosong : 113kg
Tipe Rangka : Pentagon Frame
Suspensi Depan : Upside Down
Suspensi Belakang : Monoshock
Rem Depan : Disc Brake
Rem Belakang : Disc Brake
Ban Depan : 80/90 - 17 m/c
Ban Belakang : 100/80 - 17 m/c
Kapasitas Tangki : 12 liter
Electrical : 12V - 7Ah

Foto-foto : Forum KHTI, saranto.multiply.com

sumber










Rating: 4.5

Motor Non Jepang

Agresi Kedua Beda Senjata

397motor-cina-gt-6.jpgMotor non Jepang menyerang lagi. Agresi kedua mereka pakai strategi beda. Malah mereka membawa senjata beda. Bukan hanya dengan senjata ‘murah’ yang bisa naklukin agen tunggal pemegang merek (ATPM) motor Jepang. Buktinya kini non Jepang bisa merebut hati konsumen motor Indonesia.

Sebelum ngomong agresi kedua motor non Jepang, liat sejarah mereka masuk Indonesia. Agresi pertama mereka ke Nusantara mulai awal taon 2000. Saat itu ada belasan merek. Beberapa yang besar, Loncin, Mahator, Jialing, Sanex, Nasha, Viar, dan Happy.





Kalo diperhatiin, agresi pertama pabrikan non Jepang memproduksi varian yang sudah dibuat merek Jepang. Pilihan itu ada latar belakangnya. Persis uraian Krisdianto Goenadi, pemain merk non Jepang yang dulu hadir dengan merek Loncin. “Dulu, strateginya jalur singkat. Dulu tipe seperti Supra, Jupiter dan Shogun memang sudah diterima pasar,” jelas Kris, sapaan pria berkacamata ini.

Juga menurut Akhmad Z. Dalie, Kepala Divisi Marketing, PT Triangle Motorindo, yang dulu juga jual bebek besi mirip motor Jepang. Diakuinya, kiat jual tipe mirip motor Jepang untuk ngambil benefit after sales-nya. “Dulu, dengan kemiripan bentuk dan spare-parts, konsumen motor non Jepang bisa manfaatin jaringan motor Jepang. Kan, hampir semua bengkel pinggir jalan pun tau servisnya,” jelas Dalie.393motor-cina-gt-7--gt--1.jpg

Toh, taktik ini merugikan. Sebagai follower, produk motor non Jepang disebut motor KW2 alias mutu nomor 2. Kendala lain, ATPM Jepang melarang jaringannya terima servis motor non Jepang. Malah komponen mereka haram dijual ke pemakai motor non Jepang.

“Tak cuma itu. Dengan varian mirip, sebagus apapun barang kita, tetap dicap penjiplak dan mutu jelek. Dan, secara ekonomis tak punya masa depan. Tidak bisa ngembangin merek sendiri,” urai Kris yang kini presiden direktur Minerva-Sachs, gabungan merek lokal Minerva dengan pabrikan Jerman, Sachs.

Inilah latar belakang di agresi kedua, pabrikan motor non-Jepang jual varian beda dengan motor Jepang. Meski tersisa sedikit merek, produknya lebih variatif, bahkan beda abis dengan motor Jepang. Misalnya Minerva-Sachs yang ngeluarin Maddass dan Xroad. Maddas bebek tak berbodi plastik yang nunjukin belulang sasis. Sedang Xroad tipe sport supermoto.

Selain itu, ada juga yang manfaatin varian motor Jepang yang gak dikeluarin pabrikan Jepang di Indonesia. Misalnya, model Honda CBR150. Tipe ini banyak ditiru pabrikan non-Jepang. Sebab pasarnya terbuka, sementara PT Astra Honda Motor tidak menjualnya.

Trik ini dilakukan Viar. “Untuk tipe bebek, kami produksi mirip Honda CS-1. Khusus motor sport, Viar punya roda tiga, namanya Karya. Unit ini untuk menyiasati kondisi pasar yang memang tidak dimasuki motor Jepang,” jelas Dalie yang ngantor di Sunter, Jakarta Utara.

Masuknya produsen motor non Jepang dengan tipe variatif patut diperhitungkan. Terutama layanan purna jualnya. Kan, model beda komponennya pasti tidak sama. “Saya bukan berpromosi. Tapi, dengan parts yang beda, mustahil kita jual mutu jelek. Nanti konsumen bisa lari,” tegas Kris.

Untuk itu, beberapa merek sudah menyiapkan layanan purna jual lebih luas. Bahkan, Minerva-Sachs sudah menyiapkan situs www.minerva.co.id agar konsumen bisa memesan dan beli barang lewat situs. Semoga jadi pilihan baik.

HINDARI RED OCEAN

PT Bajaj Auto Indonesia (BAI) cukup cerdik menyiasati pasar motor Indonesia yang kompetitif. Walau pasar bebek mencapai 60 persen total sales nasional, Bajaj tak tergiur berkubang di sana. Produsen merek India ini tahu diri. Di sana banyak ‘gajah’ bermain. Ikutan masuk pasti ‘mejret’ alias remuk.

“Pasar bebek itu ibatar red ocean, terlalu sesak. Kami main di pasar kecil saja. Saat ini konsen di pasar motor sport,” jelas Apong Arfiansyah, Brand Manager PT BAI. Makanya Bajaj merilis produk sport XCD-125 dan Pulsar 180.

Hebatnya, dua tipe Bajaj ini merongrong pasar Suzuki Thunder 125, Honda Mega Pro dan Tiger 2000. Apalagi XCD dan Pulsar mewarkan fitur menarik yang tidak sentuh motor Jepang. “Kami ambil ceruk kecil, tapi tidak ketemu lawan besar. Karena mereka sendiri tidak fokus di situ,” ujar Apong.

Penulis/Foto : Aries, Hendra/Dok. MOTOR Plus, GT
www.motorplus-online.com/index.php/article/detail/id/184

Gambar lain Motor Minerva :


CoretanKu.co.cc




Rating: 4.5
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...