Rabu, 21 Mei 2008

Standar VS Lepas AIS | Tes Komparasi Power

Minggu lalu dibahas cara menonaktifkan AIS (Air Induction System). Melepas alat yang fungsinya mengurangi kepekatan gas buang ini katanya mampu mendongkrak power. Tapi, itu baru sebatas katanya dan hanya berdasarkan feeling. Nah, untuk itu Em-Plus uji langsung.

Sebagai alat ukur menggunakan dynotes dan AFR Meter milik PT Trimentari Niaga produsen CDI BRT (Bintang Racing Team). Motor yang digunakan Suzuki Thunder 125 yang masih baru milik awak redaksi.

Memang sih di Suzuki namanya bukan AIS. Tapi, PAIR (Pulsed Secondary Air Injection System). Di Kawasaki HSAS (High-performance Secondary Air System) dan di Honda SASS (Secondary Air Supply System). Fungsinya sih sama dan tidak ada bedanya. Bahkan cara kerjanya juga sami mawon. Hanya lain sebutan. Gengsi dong kalau namanya sama.

Oke langsung naikkan Thunder 125 di atas dynotest. Namun seting posisi dulu, program komputer dan memasang AFR Meter. Selanjutnya tinggal geber, wer, wer, wer...

TES POWER
Coba geber langsung di atas dynotest.
Lihar grafik 1. Garis biru kondisi standar hasilnya 9,34 dk pada 8.800 rpm. Hasil ini diambil sampel dari beberapa kali geber. Diambil angka terbesar dan grafik yang dianggap bagus.

Tes kedua dilanjut dengan melepas fungsi AIS. Caranya, lihat bongkahan di bawah tangki bagian depan. Itu namanya rumah atau katup AIS. Ada slang menuju filter, menuju intake manifold dan disalurkan ke kepala silinder.

Untuk menghilangkan pengaruh AIS, caranya gampang. Cukup lepas slang yang menuju kepala silinder. Gunakan tang untuk melepas penjepitnya. Lalu untuk menutup lubang slang sementara, cari baut 14 atau kepala busi yang lebih dulu dililit isolasi. Lalu tusukkan dan jepit kembali.

Selanjutnya geber lagi. Hasilnya setelah fungsi AIS mati, tenaga maksimal 9,35 dk pada 8.800 rpm juga. Ini sama dengan yang meggunakan AIS. Artinya tidak pengaruh juga melepas PAIR atau AIS. Jadi, perkiraan sementara meleset. Mau lebih jelas soal AIS minggu depan kembali disajikan.

TES AFR
Sebagai pelampiasan rasa penasaran, coba juga uji rasio campuran bensin-udara. Katanya kalau menggunakan AIS pasti lebih kering. Coba baca grafik AFR Meter (grafik 2). Terlihat jelas garis biru di atas garis hijau dari 3.700 rpm sampai 6.500 rpm. Itu menandakan kebanyakan udara. Kan ada udara dari AIS yang masuk knalpot dan tersensor AFR Meter.

Sesi kedua setelah melepas AIS coba juga uji pakai AFR Meter. Lihat grafik 2, garis merah posisinya di bawah garis biru. Ini menandakan gas buang tidak tercemar udara dari AIS. Kan tidak begitu banyak udara yang masuk.

TURUNKAN JARUM SKEP
Dari hasil tes AFR Meter, meski AIS dilepas tetap saja rasio campuran bensin-udara masih kurang ideal. Artinya masih kering alias kekurangan bensin. Terutama dari 3.800 sampai 6.300 rpm. Kondisi ini yang menentukan campuran bensin terletak pada jarum skep.

Biar campuran tidak terlalu kering posisi klip di jarum skep dipindah paling bawah. Artinya posisi jarum naik dan mudah terangkat. Hasilnya lumayan bagus alias tidak terlalu kering. Lihat grafik 3, garis merah mendekati garis ideal hijau.

sumber : motorplus-online.com

Rating: 4.5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel pada kategori yang sama

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...