Kamis, 22 Mei 2008

Air Induction System (AIS)

Bagaimana Cara Kerjanya?

Di semua motor baru sudah pasti dilengkapi AIS (Air Induction System). Fungsinya untuk mengurangi kepekatan atau polusi gas buang. Namun banyak yang salah kaprah dan menuduh AIS sebagai biang keladi yang bikin tenaga mesin ngedrop. Akibatnya banyak yang melepas atau membuang AIS.

Nah, biar tidak salah paham tentang AIS, lebih baik tahu cara kerjanya. Juga mesti tahu dulu namanya. Kan nama AIS sendiri sebutan dari Yamaha. “Khusus di Honda, SASS (Secondary Air Supply System),” jelas Handy Hariko, Deputi Technical Service Division, PT Astra Honda Motor (AHM).

“Di Suzuki beda lagi namanya. Disebut PAIR (Pulsed Secondary Air Injection System),” timpal Pendy Suryanda dari bagian training roda dua, PT Indomobil Niaga Interantional. Begitupun di Kawasaki sudah pasti lain. Namanya HSAS (High-performance Secondary Air System).


Fungsinya sama dan tidak ada bedanya. Begitu juga cara kerjanya. “Menginjeksikan udara ke lubang exhaust. Sehingga polutan gas buang jadi berkurang,” ucap Handy Hariko sambil tersenyum.
Karena cara kerjanya sama, biar lebih tahu dan tahu lebih, monggo ambil sampel SASS seperti di Honda Supra X 125.

Namun sebelum tahu cara kerjanya harus tahu dulu komponen pendukung SASS. Paling utama rumah SASS yang seperti keong. Ukurannya kira-kira segede keong laut atau sawah. Iya, kalau besar sekali namanya Keong Mas. Kalau itu adanya di Taman Mini Indonesia Indah.

Rumah keong ini sebenarnya hanya sebagai katup buka-tutup. Di rumah keong juga ada tiga slang. Dua slang besar berdiameter 10 mm dan satu lagi kecil dengan diameter 5 mm. Dua slang besar tadi beda tujuan. Ada yang yang menuju filter udara dan satu lagi menuju pipa di kepala silinder. Sedang slang kecil menuju intake manifold.

Jadi cara kerjanya juga praktis. Ketika motor distarter, terjadi kevakuman di manifold. Lalu kevakuman diteruskan lewat slang kecil menuju rumah keong SASS. Katup SASS terbuka dan memungkinkan udara dari boks filter terisap akibat kevakuman dari lubang buang.

“Akibatnya udara dari boks filter mengalir menuju lubang buang. Campur dengan gas bekas,” jelas Handy Hariko yang berkulit bersih dan berambut lurus itu. Kepekatan gas buang jadi berkurang.

Lebih jelas lihat skema.

GAS BEKAS LEBIH AMAN
Gas hasil pembakaran sudah pasti beracun. Kan mengandung CO (karbon monoksida) dan HC (hidro karbon). Dengan diinjeksikannya udara lewat SASS atau AIS, tentu bikin lebih aman. Supaya tidak begitu beracun.

Misalkan CO di lubang buang yang sedang mengalir ketemu udara yang mengandung oksigen (O2). Hasil perkawinannya jadi CO2 yang tidak begitu berbahaya dibanding CO.

Begitupun HC jika ketemu udara yang mengandung oksigen (O2). Maka akan terjadi perkawinan dan menghasilkan H2O (air) dan karbon yang dilepas ke udara. Ini bikin molekul hidrokarbon berbahaya jadi ramah lingkungan. Ini tugas sebenarnya.

DI LUAR SISTEM MESIN
Dilihat dari cara kerjanya, SASS alias AIS sudah pasti di luar sistem mesin. Dengan begitu tidak mempengaruhi cara kerja mesin. Wajar jika keberadaan AIS tidak berpengaruh terhadap pengurangan tenaga mesin.

Seperti pernah dites Em-Plusedisi lalu. Menggunakan dynotest, dipasang dan tanpa AIS, tenaga mesin tetap sama. Tidak ada bedanya, Bro. Namun sedikit bijak jika tetap dipasang. Kan mampu mengurangi polutan.

sumber : link
Rating: 4.5

Komponen Legendaris | Cross Patch

Istilahnya Cross Patch

Itu ibarat. Kalau di dunia gank motor, artinya berpindah ke komunitas lain. Nah, beberapa komponen juga ada yang jadi favorit ‘cross patch’. Dikumpulkan dari pengetahuan beberapa brother, mulai mekanik sampai anak tongkrongan.

CDI Shogun 110
Terutama yang lansiran awal 1995 sampai ‘97. Menurut beberapa mekanik, CDI ini jadi idola motor lain. Chiank, tuner Bandung Motor, Garut juga anggota Bikers Brotherhood dan Eko Julianto, builder Bikers Station dan Outsiders Jakarta setuju. ”Selain murah, buatannya bagus dan tahan lama. Pick-up pulser kecil cuma 14 mm, arus DC dan gampang disetel,” akunya.

Mereka buktikan menerapkan CDI ini ke motor dua dan empat silinder. ”Sudah terbukti dicoba di Yamaha XS650, Binter Merzy dan motor Inggris. No problem!” kata mereka.

Jari-Jari Binter Merzy
Banyak diminati para tracker terutama yang 18 inci. ”Sebabnya simpel, diameter jari-jari besar hingga kuat menahan pelek di medan kribo,” jelas Herry Axl, tracker Tangerang yang pindah ke Depok.

Termasuk jari-jari Merzy 17 inci roda belakang. Banyak dipakai untuk motor sport yang mau pasang sesuai ukuran ini. Pas dipadukan teromol Honda Tiger atau Mega Pro.

Batok Lampu Nouvo
Senang nonton road race? Coba perhatikan semplakan para rider-nya. Enggak sedikit yang mengaplikasi batok lampu Yamaha Nouvo-Z, buat menggantikan batok lampu standar. “Selain futuristik, motor jadi lebih mantap dilihat,” bilang Monte dari Monte Motorsport di Petukangan Selatan, Jakarta Selatan.

Tutup Tangki Ninja
Oakley dan sangat disukai builder dan juga penikmat customized baik chopper, streetfighter atau desain sport. Itu karena bentuknya modern, minimalis dengan permukaan rata dan elegan.

Karbu RX-King dan Ninja
Beken dipakai para mogemania pahe. “Selain murah, manifoldnya fleksibel dan gampang plek di banyak varian motor semisal Binter Merzy atau TS125,” jelas Chiank. Khusus untuk RX-King, Eko menyasar mudahnya mendapatkan spuyer.

“Karbu Ninja juga oakley dan enak dipasang di bebek maupun skubek. Tenaga lebih gede dan skepya gede,” jelas Arif Mutaqin dari MC Racing.

Pengabut bensin RX-King juga kerap digunakan para penyemplak Honda Mega Pro. “Buat yang suka akseleasi, cukup ganti karbu, pasti ngacir,” terang Inyong, mekanik resmi Honda Mega Pro Club (HMPC). Pantas banyak imitasinya.

Teromol Ninja
Barang ini juga sasaran empuk pecinta modif. Bentuknya yang khas, membuat teromol khas Ninja banyak dipakai di berbagai motor. Tak terbatas sport, tapi juga bebek bahkan skubek.

Kampas kopling FR80
Meski produk untuk motor jebod, tapi di era kini kampas kopling Suzuki FR80 tetap laris manis. Terutama untuk Jupiter-Z yang doyan ngebut di arena balap. “Karena lebih tebal dan ada lapisan pelat di dalam kampas. Jadi lebih awet enggak hancur. Terbukti lebih tahan aus dan tahan slip,” kata Sri ‘Gandhoel’ Hartanto, mekanik GRM Jogja yang sampai sekarang tetap pilih kampas FR.

Secara fisik, kampas FR dan Jupiter-Z jelas beda. FR punya lebar 12 mm dan tebal 3 mm. Sedang kampas Jupiter-Z punya lebar hanya 7,5 mm dan tebal 2,7 mm. “Itu sebabnya, kalau mau gunakan kampas FR harus ubah matahari dan rumah kopling,” jelas Gandhoel.

Kampas Rem Kaze
Ini termasuk salah satu part terlaris dari Kawasaki. Pasalnya banyak yang bilang produk ini punya kelebihan di daya tahan. “Sedikit lebih awet ketimbang kampas lainnya,” bilang Kardi dari Kardi Mulia Motor di Kp. Utan, Ciputat, Tangerang.

Namun selain lebih awet, harganya juga tergolong murah. Enggak sedikit dari bikers pengguna motor Jepang merek lain yang aplikasi kampas rem depan Kaze. Misalnya, Honda Supra.

Busi Honda Karisma
Busi dingin untuk Karisma banyak digunakan para mekanik yang doyan meningkatkan kapasitas skubek alias bore up. Kode busi buatan Denso ini memiliki kode U20EPR9. Misal Choky, mekanik JP Racing. “Busi Karisma ukurannya pas dengan blok yang bore up. Selain itu apinya juga mantap untuk mesin sampai 300 cc,” kata pria ngebengkel di Bintaro, sektor VII, Jakarta Selatana ini.


sumber : motorplus-online.com/articles.asp?id=10966

Rating: 4.5

Tes Bio Etanol | Tenaga Lebih Gede

Minggu lalu sudah dibahas cara meningkatkan angka oktan bensin Premium supaya setara Pertamax. Secara teori dan hitungan rumus memang dianggap mudah. Tapi, tetap harus uji praktik tentang kebenaran teori itu. Apakah benar antara teori dan praktik.

Proyek percobaan jajal dulu di Honda Supra X 125 milik PT Trimentari Niaga Jaya, produsen CDI Cibinong atau BRT itu. Spek motor masih standar dan hanya ganti knalpot. Sekalian pinjam juga dynotest untuk mengukur power mesin dan AFR Meter guna mengetahui perbandingan bahan bakar dan udara.

Berikut hasilnya:
TENAGA PREMIUM VS PREMIUM + ETANOL
Sebagai pembanding pertama dites dulu Supra X 125diisi Premium. Tenaga puncak didapat 8,92 dk pada 7.000 rpm. Kondisi atau angka ini digunakan sebagai patokan dasar.

Kemudian dilanjut tes Premium campur etanol. Perbandingannya 90% : 10%. Artinya 90% Premium dan 10% etanol. Hasilnya, tenaga mesin jadi lebih besar. Yaitu, 9,06 dk pada 6.900 rpm.

Kenaikannya hanya sedikit sekali 0,14. Tapi, meski sedikit namun ruang bakar lebih bersih. Dasarnya bisa lihat dari tes AFR Meter.

TES AFR PREMIUM VS PREMIUM + ETANOL
Untuk mengetahui bensin terbakar tuntas atau tidak bisa lihat tabel AFR Meter. Dari grafik 2 terlihat (garis biru) kalau masih menggunakan Premium di bawah garis merah. Itu menandakan masih kaya bensin.

Artinya masih di bawah garis standar (merah putus-putus). Karakternya kalau menggunakan Premium murni pembakaran kurang tuntas. Masih terdapat kerak di ruang bakar. Beda setelah dicampur etanol 10%. Garis merah sejajar garis merah putus-putus. Kondisinya ideal dan minim kerak.

PREMIUM + ETANOL VS PERTAMAX
Sebagai bahan pembanding dites juga Premium + etanol lawan Pertamax dan Pertamax Plus. Hasilnya Premium + Etanol 9,06 dk, Pertamax 8,86 dan Pertamax Plus 8,94 dk. Ini juga sebagai indikator kalau Premium + etanol tetap paling bertenaga alias tinggi.

HANYA 10 PERSEN
Perlu diperhatikan dan harus diwaspadai. Dalam mencampur, jangan kelewat banyak etanol. Paling banyak dari campuran hanya 10% etanol. “Kalau lebih besar dari itu, tidak akan bagus. Ruang bakar kekeringan lantaran bensin jadi mudah menguap,” pasti H. Tjejep Sudirman, manajer depo dan instalasi, PT Elnusa Petrofin di Plumpang, Jakarta Utara.

Juga dalam mencampur Premium dengan etanol harus cepat digunakan. Jangan lama-lama dibiarkan. Itu karena etanol mudah menguap lantaran mudah mengikat oksigen. Juga dikhawatirkan bensin jadi malah mengandung endapan air.

100% ETANOL MALAH JELEK
Em-Plus juga penasaran. Bagaimana jika menggunakan 100% etanol murni. Katanya punya angka oktan 118. Namun apa yang terjadi. Mesin tidak kuat digeber abis. Knalpot nembak seperti kekeringan bensin alias kebanyakan udara. Ini bukti kalau etanol mudah mengikat udara.

Tenaga maksimal hanya 7 dk. Mesin tidak sanggup digas full. Ini bisa dijadikan pelajaran. Jangan coba-coba menggunakan 100% etnol kalau mesin tidak mau jebol.


sumber : motorplus-online.com/articles.asp?id=12511

Rating: 4.5

Rabu, 21 Mei 2008

Motor Bore Up | Tidak Rakus Bensin

[PIC]Kenaikan harga BBM bisa diatasi dengan bore up. Lho, bukannya kapasitas silinder naik justru bikin boros? “Malah sebaliknya, silinder buncit bikin irit. Asalkan tahu perlakukan dan setingnya,” teriak Suardi, mekanik dan operator dynotest Bintang Racing Team (BRT), Cibinong.

Belum lama ini, Em-Plus bareng Suardi menguji bore up Yamaha Nouvo yang 113 cc dibikin jadi 150 cc. Faktanya malah lebih hemat yang 150 cc. Tentu masih pada ingat? Jika kondisi standar konsumsi bensinnya 32,875 km/liter. Setelah bore upmalah lebih hemat, jadi 34,25 km/liter.

Prediksinya pada rpm yang sama tenaga motor bore up lebih besar dibanding standar. Dari hasil dynotest pada rpm 7.000 motor standar tenaganya hanya 6,14 dk, sedang Nouvo bore up150 cc 9,64 dk.[PIC]

Kesimpulannya tidak perlu pelintir gas dalam-dalam, tenaga Nouvo bore up sudah melejit. Bandingkan dengan Nouvo standar. Untuk mencapai 9,64 dk tidak mungkin didapat pada rpm berapapun. Akhirnya gas dipelintir abis tapi tenaga nggak keluar. Ini yang bikin boros.

Kondisi Nouvo bisa irit seperti ini ada syaratnya. Paling awal karburator dibiarkan standar. Hanya spuyer dan setelan angin yang diseting. Asalnya spuyer standar 17,5 dan 102,5. Diganti jadi 22,5 dan 115. Besarnya venturi karbu dibiarkan standar. Setelan angin dibikin sesuai kemauan mesin.

Perlu diketahui juga, knalpot cukup gunakan yang standar. Soalnya tenaga atau torsi standar lebih bagus dari rpm bawah sampai 8.000 rpm. Cocok untuk trek pendek dengan macetnya lalu lintas. Beda dengan knalpot racing hanya menang dari 8.000 sampai 9.000 rpm. Ini jarang ditemui, kecuali di trek panjang lebih dari 1 km.

Juga kem harus masih standar. Kem ori pabrik karakternya guna mengejar tenaga dan efisiensi bensin. Jadi, masa overlapnya sebentar. Sehingga tidak banyak campuran gas bakar yang membilas dan terbuang menuju knalpot. Ini yang bikin irit.

Beda dengan kem racing atau hasil gerindaan. “Overlap klep kelewat lama dan banyak gas bakar yang membilas sebelum terbakar. Akibatnya terbuang percuma,” jelas Paulus Suwandi ketika masih menjabat kepala servis roda dua PT Indomobil Niaga International. Sekarang baliau di divisi motor bekas. Sukses pak.
FAKTA SUPRA FIT DAN SUPRA X 125
Bukti motor bore up lebih irit juga bisa lihat dari motor standar pabrikan. Coba bandingkan hasil tes pemakaian bensin Supra Fit 100 cc dengan Supra X 125. Dari data yang MOTOR Plus miliki, pemakaian bensin Supra Fit 60,6 km/liter. Untuk Supra X 125 jari-jari 72 km/liter.

Bedanya satu liter bensin antara Supra Fit dan Supra X 125 yaitu 11,4 km. Ini juga bisa dilihat dari karakter atau tenaga kedua motor Honda itu. Dari data spesifikasi Supra Fit power maksimal 7,2 dk pada 8.000 rpm. Sedang tenaga Supra X 125 yaitu 9,2 dk pada 7.500 rpm.

Jadi bisa diambil kesimpulan. Tenaga terbesar Supra X 125 didapat pada putaran mesin lebih rendah (7.500 rpm). Tidak perlu pelintir gas dalam-dalam, power mesin sudah didapat. Beda dengan Supra Fit, harum melintir gas lebih dalam lagi (8.000 rpm), baru mencapai tenaga maksimum.


sumber : motorplus-online.com/articles.asp?id=12530
Rating: 4.5

Standar VS Lepas AIS | Tes Komparasi Power

Minggu lalu dibahas cara menonaktifkan AIS (Air Induction System). Melepas alat yang fungsinya mengurangi kepekatan gas buang ini katanya mampu mendongkrak power. Tapi, itu baru sebatas katanya dan hanya berdasarkan feeling. Nah, untuk itu Em-Plus uji langsung.

Sebagai alat ukur menggunakan dynotes dan AFR Meter milik PT Trimentari Niaga produsen CDI BRT (Bintang Racing Team). Motor yang digunakan Suzuki Thunder 125 yang masih baru milik awak redaksi.

Memang sih di Suzuki namanya bukan AIS. Tapi, PAIR (Pulsed Secondary Air Injection System). Di Kawasaki HSAS (High-performance Secondary Air System) dan di Honda SASS (Secondary Air Supply System). Fungsinya sih sama dan tidak ada bedanya. Bahkan cara kerjanya juga sami mawon. Hanya lain sebutan. Gengsi dong kalau namanya sama.

Oke langsung naikkan Thunder 125 di atas dynotest. Namun seting posisi dulu, program komputer dan memasang AFR Meter. Selanjutnya tinggal geber, wer, wer, wer...

TES POWER
Coba geber langsung di atas dynotest.
Lihar grafik 1. Garis biru kondisi standar hasilnya 9,34 dk pada 8.800 rpm. Hasil ini diambil sampel dari beberapa kali geber. Diambil angka terbesar dan grafik yang dianggap bagus.

Tes kedua dilanjut dengan melepas fungsi AIS. Caranya, lihat bongkahan di bawah tangki bagian depan. Itu namanya rumah atau katup AIS. Ada slang menuju filter, menuju intake manifold dan disalurkan ke kepala silinder.

Untuk menghilangkan pengaruh AIS, caranya gampang. Cukup lepas slang yang menuju kepala silinder. Gunakan tang untuk melepas penjepitnya. Lalu untuk menutup lubang slang sementara, cari baut 14 atau kepala busi yang lebih dulu dililit isolasi. Lalu tusukkan dan jepit kembali.

Selanjutnya geber lagi. Hasilnya setelah fungsi AIS mati, tenaga maksimal 9,35 dk pada 8.800 rpm juga. Ini sama dengan yang meggunakan AIS. Artinya tidak pengaruh juga melepas PAIR atau AIS. Jadi, perkiraan sementara meleset. Mau lebih jelas soal AIS minggu depan kembali disajikan.

TES AFR
Sebagai pelampiasan rasa penasaran, coba juga uji rasio campuran bensin-udara. Katanya kalau menggunakan AIS pasti lebih kering. Coba baca grafik AFR Meter (grafik 2). Terlihat jelas garis biru di atas garis hijau dari 3.700 rpm sampai 6.500 rpm. Itu menandakan kebanyakan udara. Kan ada udara dari AIS yang masuk knalpot dan tersensor AFR Meter.

Sesi kedua setelah melepas AIS coba juga uji pakai AFR Meter. Lihat grafik 2, garis merah posisinya di bawah garis biru. Ini menandakan gas buang tidak tercemar udara dari AIS. Kan tidak begitu banyak udara yang masuk.

TURUNKAN JARUM SKEP
Dari hasil tes AFR Meter, meski AIS dilepas tetap saja rasio campuran bensin-udara masih kurang ideal. Artinya masih kering alias kekurangan bensin. Terutama dari 3.800 sampai 6.300 rpm. Kondisi ini yang menentukan campuran bensin terletak pada jarum skep.

Biar campuran tidak terlalu kering posisi klip di jarum skep dipindah paling bawah. Artinya posisi jarum naik dan mudah terangkat. Hasilnya lumayan bagus alias tidak terlalu kering. Lihat grafik 3, garis merah mendekati garis ideal hijau.

sumber : motorplus-online.com

Rating: 4.5

Bikin Premium Setara Pertamax

Bahan Bakar Etanol

PICAda cara mudah untuk membuat Premium setara Pertamax. Cukup dicampur etanol. Sudah sering dengar etanol kan? Pastinya itu bukan dodol yang asli Garut, Jawa Barat. Tapi, sejenis cairan etil-alkohol. “Kandungan alkoholnya mencapai 99,9%,” buka H. Tjetjep Sudirman, manajerdepo dan instalasi PT Elnusa Petrofin di Plumpang, Jakarta Utara.

Etanol mudah dibuat. Rumus kimianya C2H6O. Proses pembuatannya sama eperti bikin tape atau peyeumyang jugabisa menghasilkan alkohol. Gampang kan? Etanol untuk bahan bakar biasanya dari tebu (molase) atau singkong.PIC

Campuran antara etanol dengan Premium itu kalau di SPBU biasa disebut Bio Premium. Kata Bio itu berasal dari etanol yang artinya hidup. Sebab etanol dibuat dari tumbuhan hidup macam tebu atau singkong.

Nah, untuk meramunya tidak perlu ngajak mbok jamu. Premium yang memiliki angka oktan 88 cukup dicampur etanol yang punya angka oktan 118. Dengan perbandingan 10% dan 90%. Dengan begitu, angka oktan menjadi (10% x 118) + (90% x 88) = 91. Angka itu mendekati Pertamax Plus yang memiliki oktan 95.

“Untuk motor harian cukup campurkan 10% etanol dengan BBM yang dipakai,” pesan pria akrab dipanggil Pak Haji ini. Lebih dari itu, oksigen dalam mesin akan berlebihan. Angka spuyer perlu dinaikkan lagi karena busi akan menjadi terlalu kering.

Jadi, jika 3 liter Premium harus dicampur dengan 300 ml etanol. Jika 1 liter etanol seharga Rp 19.000, maka 300 ml hanya sekitar Rp 1.900. Murah kan? Nah, kalau mau mendapatkan etanol secara cepat tidak perlu bikin tape dulu. Bisa belanja langsung ke toko kimia.

SETARA AVGAS
Di balap, campuran bahan bakar ini sudah dicoba langsung. Dilakoni oleh Graha Racing Team (GRT) dengan pembalap Ilham Onga. Terakhir, ngetes di event Country FDR Bank Antha Graha Speed Challenge 2008 di trek dadakan Alam Sutera Tangerang, minggu lalu.

Etanol dicampur Pertamax untuk menggantikan Bensol atau Avgas yang memiliki nilai oktan 99,5. “Terbukti mampu mendongkrak oktan Pertamak Plus hampir setara dengan Avgas,” yakin Pak Haji lagi.

Hitungannya Pertamax Plus yang punya 95 sebanyak 85% dicampur etanol yang beroktan 118 sebanyak 15%. Menjadi (85% x 95) + (15% x 118)= 98,45. Untuk lebih mendekati oktan Avgas, tinggal menambahkan kadar etanol. Gampang, murah dan juga ramah lingkungan.

Tapi ingat, motor keluaran di bawah tahun 2000 mesti lebih hati-hati. Biasanya motor itu dirancang tidak untuk diisi bensin tanpa timbel. Sedang Pertamax tidak ada timbal atau timah hitam. Sehingga dikhawatirkan dudukan klep jadi cepat rusak.

Timah hitam yang tidak ada di Pertamax itu juga punya keunggulan. Pyang pasti, bikin mesin lebih adem. Jadi, jika mesin lama pakai Pertamax dikhawatirkan bakal mudah jebol meski dalam jangka waktu lama.

Satu hal lagi yang mesti diperhatikan. “Karena etanol memiliki sifat melarutkan karet, sehingga bisa mengancam kekuatan sil klep,” pesan Pak Haji.

DI MANA BELI ETANOL
1. PT Sumber Kita Indah. Kawasan Industri MM 2100, Cibitung. Telepon (021) 89982903-09.
2. PT Kreatif Energy Indonesia. Sona Topaz Tower, Lt. 15, Jl. Jend Sudirman, Kav. 26, Jakarta Pusat. Telepon (021) 2506660.
3. Institut Pertania Bogor. Jl. Raya Pajajaran, Bogor. Telepon (0251) 330970.


sumber :motorplus-online.com/articles.asp?id=12476
Rating: 4.5

Senin, 19 Mei 2008

M1 Rossi Versi Bebek

Yamaha Jupiter MX 135LC 2006

Fans berat sama Valentino Rossi yang membuat Jani Satria makin gila. Bukan cuma sosok orang yang diidolakan. Yamaha M1 800 cc pacuan Valentinik juga begitu didambakan. Tak heran jika MX miliknya dipermak mirip tunggangan tim Fiat Yamaha. Hanya saja, motor doi cuma bebek.

Jani yang tinggal di Argomulyo, Sedayu, Bantul, Jogja ini bukan kerja sama dengan Jeremy Burges, mekanik Rossi. Tapi, diserahkan kepada builder muda, Didi Jhony, pemilik rumah modifikasi Jhony Custom.
Sebelumnya mereka berembuk dahulu ngomong masalah konsep. Dari beberapa yang ditawarkan Didi, akhirnya di ACC alias acal cetuju caja modif mirip gacoan Rossi. “Siapa tahu dengan modif begitu bisa ikutan banyak hoki.” harap Jani.



Sebagai langkah awal main telanjang dulu. Semua baju MX langsung dilucuti. Kemudian kaki depan atau sok depan yang standar diover alir buatan Gaz’i. Dengan alasan selain lebih modis juga tambah kuat.

Kaki belakang atau swing-arm dipasang model pisang Aprilia RS125 yang diklaim sebagai barang handmade Jhony Custom. Sok belakang tetap menggunakan monosok asli. Hanya saja pemasangan kudu disinergikan dengan arm buatan dewek itu.

Sekian saat telanjang, kini giliran menyiapkan baju atau fairing. Fairing yang asli tetap digunakan, hanya saja mengalami peruhan dengan bantuan fiberglass. Contohnya dibatok lampu. Di bagian ini lampu diganti di cover depan. Sedang dibatok kepala didesain seperti motor buat balap.

Tutup mesin juga banyak mengalami perubahan. Semula kecil, kini jadi besar dan tambah serasi dengan fairing asli. Dan perubahan lain juga tampak diujung buritan atau ekor. Lampu stop belakang sengaja dicetak ulang dengan fiberglass cair warna merah.

Masih demi menyesuaikan tampilan, jok dibikin single atau tunggal. “Kemudian, karena mesin sudah sedikit mengalami bore up, knalpot asli diganti jenis racing variasi,” jelas bro dari Jl. Janti, No. 88A, Jogja.

KOK DIJUAL?
Setelah fairing kelar, lantas dicat atau digrafis sesuai motif Fiat Yamaha milik Valentino Rossi. “Rupanya hoki Rossi menular ke saya. Karena motor saya dibeli orang Medan seharga Rp 16 juta,” bangga Joni yang juga anggota Yamaha MX135 Club Indonesia (YMCI) ini. Mungkin, gara-gara dijual prestasi Rossi di 2007 ikut melorot.

DATA MODIFIKASI
Ban depan Swallow 100/70-17
Ban belakang Swallow 120/70-17
Cakram + kaliper Daytona double piston
HP builder 0813-9220-7040


sumber : motorplus-online.com/articles.asp?id=10946
Rating: 4.5

Sabtu, 03 Mei 2008

Menutup Lubang AIS | Menambah Power dan Hemat

AIS merupakan kepanjangan dari Air Induction Sistem. Punya fungsi mengurangi kepekatan gas buang atau polusi. Tentu lewat cara menginjeksikan udara ke dalam lubang exhaust. Sehingga polutan lebih rendah dan dianggap ramah lingkungan.

Teknologi AIS ada di motor baru mulai dari 2006 sampai sekarang. Gunanya memenuhi standar Euro 2 atau Euro 3. Secara performa mesin, AIS memang tidak menambah tenaga. Bahkan katanya malah mengurangi power. Mungkin karena campuran udara yang diinjeksikan menghambat laju gas buang.

Hal ini membuat banyak mekanik berpikir jika AIS dilepas lebih bagus, tenaga juga jadi lebih plong. Seperti dilakukan Riky Akira, dia bukan adik Akira Toriyama yang pengarang komik terkenal Dragon Ball itu, tapi anggota MX Riders Community.

Biar nggak salah lepas AIS tentunya harus tahu dulu sistemnya. Perhatikan bongkahan yang diikat di kepala silinder. Itu merupakan rumah atau katup AIS. Di tempat itu ada tiga slang yang menuju AIS. Slang dari filter udara, slang dari intake manifold dan slang yang menuju lubang buang di head.

Untuk menonaktifkan tidak perlu menunggu AIS berbuat korupsi seperti anggota DPR. Kapan aja, AIS bersedia dilepas dari jabatannya itu. Tapi cara yang paling mudah melepasnya adalah cukup copot slang yang menuju lubang buang lewat head.

Nutupnya cukup pakai lem besi (gbr. 1),” kata Riky. Selain dengan lem besi juga bisa ditutup pakai baut seukuran baut lubang oli motor (gbr. 2). Khusus di MX seukuran baut 14. Kalo di Mio atau Nouvo gunakan baut 10. Ini sudah cukup, tidak akan pengaruh terhadap kinerja mesin.

Kalau memang benar-benar mau melapas AIS secara total, semua slang harus dilepas. Perlu diingat, bekas slang itu harus ditutup atau harus dimatikan. Seperti yang menuju manifold dan yang mengarah ke filter udara.

Berdasarkan pengalaman Riky, selain irit biaya langkah ini juga bikin motor lebih hemat. “Lebih irit dibanding kalau pakai knalpot racing tanpa menutup lubang AIS,” yakin warga Pondok Gede, Jakarta Timur itu.


sumber : motorplus-online.com/articles.asp?id=12445
Rating: 4.5
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...